Oleh: Endah Nur Rohmi
Dibandingkan pengurangan, penambahan, dan pengalian, pembagian merupakan hal yang paling sulit dilakukan. Pembagian yang dimaksud disini bukan seperti pada pelajaran berhitung di sekolah, melainkan pada kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial. Secara alami, manusia memiliki naluri untuk berbagi. Berbagi cerita adalah contoh mudahnya. Lain lagi jika itu adalah kekayaan, karena manusia cenderung pelit. Alasannya, tidak lain, karena khawatir kekayaan itu akan berkurang jumlahnya.
Dua macam kekayaan yang terdapat pada diri manusia mencakup kekayaan materiil dan kekayaan intelektual. Tentang berbagi kekayaan materi, Allah mewajibkan kaum Muslimin berderma dan berinfak kepada sesame. “Dan, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hartamu yang Dia telah jadikan kamu penguasanya (amanah). Maka, orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)( memperoleh pahala yang besar.” (QS Alhadid[57]:7).
Bahkan, untuk urusan yang penting bagi kehidupan manusia, misalnya makan, kita diperintahkan untuk berbagi. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, “Makanan untuk dua orang, cukup untuk tiga orang. Makanan tiga orang, cukup untuk empat orang.” (Hadis Mutafaq ‘Alaih).
Sementara itu, kekayaan intelektual (baca: ilmu) merupakan sesuatu yang lebih berharga dibanding kekayaan materiil. Kekayaan intelektual mencakup seluruh ilmu, baik ilmu yang diperlukan untuk mencapai kemaslahatan di dunia (ilmu umum) maupun ilmu yang mengatur cara-cara penghambaan kepada Allah (ilmu syariat).
Tentang berbagi ilmu ini, Allah telah memerintahkan kaum Muslimin untuk melaksanakannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Al Bukhari dari Utsman bin Affan RA).
Tentu saja, berbagi ilmu sesuai dengan kemampuan tidak lepas dari aktivitas menuntut ilmu. Sehingga, berbagi ilmu yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, Allah memerintahkan kita semua untuk menuntut ilmu.
Jelas sekali bahwa berbagi termasuk yang diperintahkan Allah kepada kita semua. Memang tidak mudah melakukannya apalagi ketika diri sendiri ditimpa kekurangan. Namun, Allah telah memberikan jaminan bertambahnya harta ataupun ilmu yang kita bagi itu dengan sesuatu yang terkadang tidak dapat diduga-duga. Inilah yang sering kali tidak diyakini oleh banyak orang.
Sumber : www.rohis68.blogspot.com
Dibandingkan pengurangan, penambahan, dan pengalian, pembagian merupakan hal yang paling sulit dilakukan. Pembagian yang dimaksud disini bukan seperti pada pelajaran berhitung di sekolah, melainkan pada kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial. Secara alami, manusia memiliki naluri untuk berbagi. Berbagi cerita adalah contoh mudahnya. Lain lagi jika itu adalah kekayaan, karena manusia cenderung pelit. Alasannya, tidak lain, karena khawatir kekayaan itu akan berkurang jumlahnya.
Dua macam kekayaan yang terdapat pada diri manusia mencakup kekayaan materiil dan kekayaan intelektual. Tentang berbagi kekayaan materi, Allah mewajibkan kaum Muslimin berderma dan berinfak kepada sesame. “Dan, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hartamu yang Dia telah jadikan kamu penguasanya (amanah). Maka, orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)( memperoleh pahala yang besar.” (QS Alhadid[57]:7).
Bahkan, untuk urusan yang penting bagi kehidupan manusia, misalnya makan, kita diperintahkan untuk berbagi. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda, “Makanan untuk dua orang, cukup untuk tiga orang. Makanan tiga orang, cukup untuk empat orang.” (Hadis Mutafaq ‘Alaih).
Sementara itu, kekayaan intelektual (baca: ilmu) merupakan sesuatu yang lebih berharga dibanding kekayaan materiil. Kekayaan intelektual mencakup seluruh ilmu, baik ilmu yang diperlukan untuk mencapai kemaslahatan di dunia (ilmu umum) maupun ilmu yang mengatur cara-cara penghambaan kepada Allah (ilmu syariat).
Tentang berbagi ilmu ini, Allah telah memerintahkan kaum Muslimin untuk melaksanakannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Al Bukhari dari Utsman bin Affan RA).
Tentu saja, berbagi ilmu sesuai dengan kemampuan tidak lepas dari aktivitas menuntut ilmu. Sehingga, berbagi ilmu yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, Allah memerintahkan kita semua untuk menuntut ilmu.
Jelas sekali bahwa berbagi termasuk yang diperintahkan Allah kepada kita semua. Memang tidak mudah melakukannya apalagi ketika diri sendiri ditimpa kekurangan. Namun, Allah telah memberikan jaminan bertambahnya harta ataupun ilmu yang kita bagi itu dengan sesuatu yang terkadang tidak dapat diduga-duga. Inilah yang sering kali tidak diyakini oleh banyak orang.
Sumber : www.rohis68.blogspot.com